Minggu, 15 Maret 2015

NASKAH DRAMA KISAH NABI AYUB

3 comments
Nabi Ayub adalah nabi ke dua belas. Ia adalah putera Ish bin Ishak bin Ibrahim. Allah memberi karunia yang besar atas kesabaran Nabi Ayub. Nabi Ayub memiliki harta yang berlimpah namun ia tidak pernah sombong. Nabi ayub senantiasa beribadah tak henti hentinya pada Allah SWT.
Hal ini membuat iblis gerah. Iblis tidak senang melihat ketaatan Nabi Ayub. Ia bertekad untuk menggoda Nabi Ayub, kemudian Allah mengizinkannya agar Nabi Ayub menjadi teladan bagi umat manusia.
Iblis pun mengupulkan anak buahnya untuk menggoda Nabi Ayub. Mereka menyusun rencana agar dapat menggelincirkan Nabi Ayub.
Iblis 1                     : “hai para iblis! Aku mempunyai rencana untuk membuat Nabi Ayub tidak taat lagi pada Allah!”
Iblis 2                     : “baiklah, apa rencanamu?”
Iblis 1                     : “aku tugaskan kau, untuk memberi penyakit pada hewan ternak yang Ayub miliki” (menunjuk pada iblis 2)
Iblis 3                     : “akupun ingin ikut serta!”
Iblis 1                     : “baiklah kalau begitu kau bakar rumah serta harta kekayaannya!”
Iblis 2&3               : “baik!”
Kemudian para iblis melakukan rencana busuk mereka itu.
Ayub                     : “Astaghfirullahaladziim” (setelah melihat apa yang terjadi)
Rahma                  : “suamiku, apa yang terjadi?”
Ayub                     : “tidak apa isteriku, jangan bersedih karena ini. Allah mengambil apa yang memang miliknya. Kita harus tetap taat padaNya.”
Rahma                  : “aku mengerti suamiku..”
Kakek (iblis 1)    : “wahai ayub, kasihan sekali nasibmu. Dalam sekejap kau menjadi miskin. Padahal kau rajin beribadah, mengapa tuhanmu tidak menolongmu sedikitpun? Untuk apa kau menyembahNya?”
Ayub                     : “Pak tua, semuanya datang dari Allah dan akan kembali kepadaNya. Saya bersyukur dapat merasakan karunianya selama ini.”
Nabi Ayub tidak pernah mengeluh sedikitpun karena musibah ini, ia malah terus giat beribadah pada Allah SWT. kemudian iblis merasa jengkel karena rencananya tidak berhasil.
Iblis 1                     : “rencana kita tak kunjung berhasil. Apa ada yang memiliki rencana?”
Iblis 3                     : “bagaimana kalau kita bunuh anak-anak ayub?”
Iblis 1                     : “ide cemerlang. Semua setuju?”
Iblis 2                     : “aku setuju.”
Kemudian iblis menjalankan rencananya lagi. Mereka membunuh anak anak nabi ayub yang berada di tempat pengungsian. Mereka merubuhkan bangunan itu dan anak anak Nabi Ayub pun meninggal.
Ayub                     : (duduk termenung)
Iblis 2                     : “hai, Ayub. Malang sekali nasibmu. Semua hartamu musnah, kini anak anakmu juga. Rupanya tuhanmu tidak memedulianmu. Percuma kau menyembahnya. Toh, ia tidak menolongmu.”
Ayub                     : (tersenyum) “sesungguhnya, anak-anakku adalah milik Allah. Jika ia hendak mengambilnya, itu hak-Nya. Saya tetap bersabar dan bersyukur.”
Iblis kembali gagal dan jengkel. Ia kesal sekali karena Nabi Ayub taat sekali. Namun ia masih belum menyerah. Ia menyuruh anak buahnya untuk menjalankan rencana ketiga.
Iblis 1                     : “giliran kalian lagi. Aku ingin, nabi ayub diberikan penyakit!”
Iblis 2                     : “penyakit seperti apa?”
Iblis 3                     : “bagaimana penyakit yang membuat Ayub menjadi buruk rupa dan busuk?”
Iblis 2                     : “ya! Dan para manusia itu tidak akan ada yang mau mendekatinya!”
Iblis 1                     : “baiklah, aku setuju.”
Kemudian iblis menaburkan kuman penyakit pada Nabi Ayub. Ia sulit bergerak, dadanya sesak, tulangnya seperti remuk. Kemudian seluruh kulitnya dipenuhi bintik bintik merah yang lama kelamaan menjadi koreng yang tidak sedap baunya. Nabi Ayub kemudian dikucilkan dan diusir dari kampung tempat tinggalnya.
Warga 1                : “hey ayub enyahlah kau dari kampung ini.”
Rahma                  : “mengapa begitu?”
Warga 2                : “tentu saja kami tidak ingin tertular penyakit busuk suamimu itu!”
Rahma                  : “tidakkah kalian memberi kami kesempatan? Suamiu sebentar lagi pasti sembuh!”
Warga 1                : “ya! Suamimu sembuh dan tak lama lagi orang lain akan tertular.”
Rahma                  : “tidak seperti itu—“
Ayub                     : “Rahma, isterku, sudah sebaiknya kita pergi. Aku tak ingin mereka tertular penyakit”
Warga 1                : “nah lihatlah sendiri! Ia saja ingin pergi.”
Rahma                  : “tidak! Kau akan sembuh!”
Ayub                     : “kita harus pergi. Jika kau juga tidak ingin pergi bersamaku, tidak apa. Aku ikhlas.”
Rahma                  : “baik suamiku, aku akan ikut bersamamu. Aku akan merawatmu sampai kau sembuh.”
Ayub                     : (tersenyum)
Warga 1&2          : “pergi kalian dasar busuk!”
Rahma dengan sabarnya menuntun Nabi Ayub meninggalkan kampungnya. Mereka pergi ke tempat yang jauh dari hiruk pikuk umat manusia yang tidak bisa menerima Ayub.
Tak terasa, sudah 7 tahun mereka hidup seperti itu. 7 tahun juga penyakit Nabi Ayub tak kunjung sembuh. Namun ia tidak pernah berhenti beribadah, ia selalu taat pada Allah SWT bagaimanapun keadaanya.
Rahma                  : “suamiku, mengapa kau tak meminta kesembuhan pada Allah?”
Ayub                     : “tidak, isteriku. Aku merasa malu untuk memohon kesembuhan. Aku baru sakit selama tujuh tahun, tapi aku telah merasakan kesehatan dan kekayaan yang Allah anugerahkan selama 80 tahun.”
Rahma                  : “aku mengerti. Sungguh kau sabar sekali.”
Ayub                     : “kau juga. Kau menjagaku selama ini, merawatku dan memberi kasih sayang.”
Rahma                  : (tersenyum) “suamiku, izinkan aku keluar sebentar membeli makanan.”
Ayub                     : (mengangguk)

Terbesit di benak Rahma untuk meninggalkan Nabi Ayub saat itu. Iblis pun mendekat.
Iblis 3                     : “hai, Rahma. Tinggalkan saja suamimu. Lihatlah kondisinya. Tidak ada harapan sembuh. Kau hanya membuang waktumu untuk susah payah mengurusnya.”
Rahma                  : (menggelengkan kepala)
Disisi lain, di dalam rumah Ayub.
Ayub                     : “Rahma, isteriku? Rahma? Rahma? Rahma?”
                                  “Apa yang terjadi? Apakah ia telah meninggalkanku? Jika iya, dan ia kembali lagi aku berjanji akan mencambuknya seratus kali.”
Kemudian Nabi Ayub meminta kesembuhan pada Allah SWT. Dan Allah mengabulkan doanya. Nabi Ayub diperintahkan untuk menghantarkan kakinya ke tanah dan memancarlah air. Kemudian ia minum dan berendam di air itu. Seketika penyakitnya sembuh.
Ketika Rahma kembali ia begitu kaget melihat siapa yang ada di rumahnya.
Rahma                  : “Siapa kau? Dimana suamiku?”
Ayub                     : “akulah ayub, suamimu. Allah telah menyembuhkan penyakitku.”
Rahma                  : “Alhamdulillah hirabbil ‘alamin! Suamiku aku sangat bahagia. Maafkan aku, aku sempat berfikir untuk meninggalkanmu.”
Ayub                     : “tidak apa. Terimakasih kau sudah berusaha keras untuk tetap berada disisiku. Namun aku harus menepati janjiku. Bila kau kembali, aku harus mencambukmu 100 kali.”
Nabi Ayub kemudian mengambil segenggam rumput, lalu dicambukkannya pada Rahma sebanyak 100 kali.

Nabi Ayub diberi anugerah atas kesabaran dan ketaatannya. Ia kembali mendapatkan kekayaannya dan keturunannya bahkan kekayaannya lebih banyak dari sebelumnya. Nabi Ayub bahagia hidup bersama anak dan istrinya, ia juga bersyukur dapat melewati ujian Allah dengan baik. Ia terus melanjutkan tugasnya berdakwah, menyebarkan agama Allah pada kaumnya.

ARTIKEL : ROMUSHA & TKI

1 comments
Nama   : Jawza Alya (15)
Kelas   : XI MIA 8
SEJARAH     


BANGSAKU BUKAN BUDAK

Romusha adalah panggilan bagi orang Indonesia yang dipekerjakan secara paksa pada masa penjajahan Jepang di Indonesia dari tahun 1942 hingga 1945. Orang-orang Indonesia dipaksa bekerja, membangun jalan, jembatan, lapang udara, dari pagi buta hingga petang tanpa jeda dan tanpa makan. Selain orang pribumi, romusha juga sebagian merupakan orang-orang Belanda yang tinggal di Indonesia setelah masa penjajahan Belanda.
            Romusha dulunya adalah pekerja sukarela. Baru kemudian menjadi pekerja paksa. Romusha pada saat itu mencapai 4 juta sampai 10 juta orang. Jumlah yang sangat banyak untuk pekerja paksa. Romusha juga tidak diberi makan, bahkan untuk pakaian, para Romusha hanya memakai celana dari karung goni yang menjadi sarang kutu. Romusha diperlakukan sangat kejam dan seperti binatang pada saat itu.
            Selain para pria, dalam Romusha juga dilibatkan kaum perempuan. Mereka dibujuk dan diiming-imingi mendapat pekerjaan, namun mereka malah dibawa ke camp-camp tertutup untuk dijadikan wanita penghibur (Jugun Ianfu).
            Tidak beda halnya dengan TKI, yaitu Tenaga Kerja Indonesia, yang bekerja di luar negeri. Tenaga kerja Indonesia bermacam-macam, ada yang bekerja di industri sampai menjadi asisten rumah tangga. Yang tidak berbeda dengan Romusha adalah TKI yang menjadi asisten rumah tangga. Banyak sekali kasus yang kita dengar tentang TKI yang dipekerjakan secara paksa, bahkan tidak diberi upah sebagaimana seharusnya.
            Walaupun tidak semua TKI dipekerjakan dengan kasar, namun tidak sedikit TKI yang diperlakukan kejam seperti budak. Persamaan Romusha dengan para TKI adalah, orang-orang Indonesia menjadi korban tindak kekerasan yang sangat tidak manusiawi.
            Walaupun keduanya diberi gelar, Pahlawan Pekerja untuk para Romusha dan Pahlawan Devisa untuk para TKI, tetap saja mereka diperlakukan seperti binatang dengan kejam. Romusha seperti tulang berjalan, karena mereka tidak diberi makan namun mereka dipaksa untuk terus bekerja. TKI penuh luka bahkan ada yang disiksa sampai tak bernyawa. Miris memikirkan betapa bangsa Indonesia selalu yang ditindas.
            Entah pengaruh Romusha dulu, bangsa Indonesia selalu dicap sebagai pekerja/budak. Namun seharusnya dari sejarah Romusha, bangsa Indonesia bisa belajar agar kita tidak terjerumus lagi dengan hal yang mengenai ‘kerja paksa’, para pemerintah pun juga harus lebih sigap dan membela rakyatnya yang bekerja di luar sana bila terjadi tindak kekerasan.


            Kita harus bersyukur karena kini Indonesia telah merdeka dan bebas dari kekejaman bangsa Jepang. Sekarang tinggal kita, bangsa Indonesia berusaha menjadi bangsa yang maju, menegakkan keadilan agar TKI tidak diperbudakkan lagi seperti Romusha pada jaman penjajahan dulu, TKI layak hidup baik, bukan seperti para Romusha.
 

Diary of Loki's Granddaughter Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review